Oleh: Muhammad Haitami

Ramadhan 1443 memiliki makna strategis karena masih dalam masa pandemi namun Pemerintah tidak banyak melakukan pembatasan. Masyarakat waswas dalam menyambutnya, sebagian secara antusias dan sebagian lain ada kekhawatiran terjadinya lonjakan kasus Covid 19.

Alhamdulillah hingga tibanya Idul Fitri 1443 tidak terdengar adanya kasus Covid 19. Dimana-mana masyarakat antusias menyambut Ramadhan 1443 ini dengan banyak beribadah di masjid. Protokol kesehatan tetap diterapkan, seperti mengenakan masker dan mencuci tangan sebagai bagian dari wudlu saat memasuki masjid.

Kegiatan Ramadhan di masjid-masjid tidak terbatas pada shalat tarawih dan tadarus Al Quran. Banyak kajian diadakan, di kantor-kantor setiap bakda dhuhur, di berbagai masjid diadakan secara tematis atau berseri, hingga aktivitas iktikaf di 10 hari terakhir.

Sungguh sebuah fenomena menarik. Berbagai aktivitas Ramadhan tersebut menjadikan tak ubahnya sebuah madrasah. Jamaah mendapatkan berbagai ilmu dari banyak nara sumber sekaligus melahirkan berbagai aksi.

KRJ Masjid Jogokaryan

Ambil contoh di sebuah masjid terkenal di Yogyakarta, yaitu Masjid Jogokaryan. Selama Ramadhan jalan Jogokaryan sepanjang 700 meter dipenuhi pedagang takjil dengan tajuk “Kampung Ramadhan Jogokaryan” (KRJ). Setiap sore tidak kurang dari 5.000 orang berburu takjil di tempat ini. Jika masing-masing orang berbelanja Rp 20.000 berarti ada perputaran uang Rp 100 juta, atau 3M dalam sebulan.

Buka puasa atau takjil di Masjid Jogokaryan tidak kalah hebohnya, dihadiri 3.000 orang dengan sajian makanan yang dihargai Rp 13.000 setiap porsinya. Berarti tersalur donasi sekitar Rp 40 juta sehari atau Rp 1,2 M sebulan.

Muballigh Hijrah Babussalam

Program Muballigh Hijrah yang diselenggarakan Ponpes Babussalam Bandung juga patut diacungin jempol. Sebenarnya program ini sudah berjalan semenjak Babussalam berdiri namun terhenti 2 kali saat pandemi. Sebagai gantinya hanya dibagikan takjil dari rumah ke rumah.

Tahun ini saat Muballigh Hijrah kembali diadakan sambutan masyarakat sangat luar biasa. Seluruh santri SMA 60 orang yang diterjunkan hanya mampu melayani 14 masjid. Para santri ini memimpin kegiatan shalat tarwih, tadarus, buka bersama, pengajian anak-anak dan ibu-ibu. Disamping itu menyiapkan anak-anak binaan untuk berbagai lomba dalam program “Buka Bersama 1000 Santri”.

Pembagian takjil kepada masyarakat terus dilanjutkan meski tidak secara keseluruhan. Makanan yang dibagikan pun sederhana namun mampu membuat gembira masyarakat. Secara materi boleh jadi masyarakat tidak memerlukan namun silaturrahmi Babussalam kepada masyarakat hingga puncak bukit yang berbatasan dengan Lembang terasa sangat heroik.

Babussalam mengantarkan makanan yang bersumber dari donasi jamaah dan ummat Islam ke berbagai tempat terkadang diiringi dengan hujan dan jalanan berlumpur. Namun terbersit harapan agar kehadiran Babussalam dengan berbagai aktivitasnya mampu dirasakan masyarakat.

Menuju Aksi

Seiring berakhirnya Ramadhan 1443 optimisme ummat begitu membuncah. Ibadah yang dilakukan secara penuh selama Ramadhan akan menjadi inspirasi kehidupan selanjutnya.

Selama Ramadhan para penceramah tidak banyak yang mengungkap masalah khilafiyah karena ummat dan masyarakat pun tidak lagi tertarik. Bagi ummat, silahkan yang mau shalat tarwih 11rakaat atau 23 rakaat. Silahkan juga yang mau shalat tarwih langsung setelah Isya’ atau menunggu tengah malam.

Kepada jamaah dan ummat disampaikan kiat-kiat membangkitkan usaha pasca pandemi, pemanfaatan teknologi informasi di berbagai bidang, membuka berbagai lapangan kerja, membina kesehatan fisik dan rohani, dll.

Jadi sungguh luar biasa inspirasi Ramadhan tahun ini. Ceramah-ceramah yang biasanya berisi renungan bermetamorfosis menjadi pemicu aksi perbaikan kualitas hidup. Masjid bertambah fungsinya sebagai madrasah. Sangat banyak dana yang terhimpun dan banyak aksi yang dilakukan selama Ramadhan tahun ini.

*) Penulis adalah Sekretaris Yayasan Babussalam Bandung

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here