Percaya nggak kalau saya katakan di pesantren para santrinya bisa nge-band? “Itu mah hoax. Di pesantren adanya cuma nasyid sama ngaji”, mungkin begitu komentar kalian.
Kalian musti tahu ya, pesantren zaman now sudah jauh lebih maju. Contohnya Ponpes Babussalam Al Muchtariyah yang ada di kawasan Dago Bandung. Pesantren ini ada di Bandung sisi utara yang udaranya sejuk dan mudah dijangkau dari pusat kota. Alhasil banyak ortu yang menitipkan anaknya di Babussalam. “Suasananya kondusif, udaranya sejuk dan aksesnya mudah kalau mau nengok”, begitu rata-rata komentar para orang tua.
Ponpes Babussalam berdiri pada tahun 1981. Pendirinya yang juga pengasuh ponpes hingga kini adalah KH. Drs. Muchtar Adam. Beliau berasal dari Selayar Sulsel dan pernah menjadi anggota DPR Pusat 1999-2004. Mudah difahami kalau jaringan Babussalam sangat luas, baik di tingkat pusat maupun penjuru Indonesia, bahkan kawasan Timur Tengah.
Babussalam mengembangkan pendidikan tingkat TK-SD-SMP-SMA. Bagi yang sudah kuliah atau karyawan tersedia kelas takhashush yang belajarnya setiap bakda subuh dan maghrib. Sekolah-sekolah di Babussalam ini menginduk Kemendikbud sehingga kurikulum dan ijasahnya sama dengan sekolah sejenis dimana pun. Lulusannya bisa menlanjutkan di PTN mana saja, seperti Unpad, UPI, ITB, UI, UGM, UIN. Yang melanjutkan kuliah di luar negeri juga banyak, misalnya ke Mesir, Sudan, Madinah, Yordania dan Turki.
Alumni Babussalam banyak yang menjadi dokter, insinyur, perawat, pengusaha dan wiraswasta. Pokoknya gak ada yang menganggur karena selama di pondok ditanamkan kedisiplinan, kesederhanaan dan kemandirian. Jamaah shalat fardhu 5 kali setiap hari akan menanamkan jiwa kedisiplinan. Harus bangun subuh bro….. Bahkan tiap Jum’at diadakan shalat tahajud berjamaah sehingga harus bangun pukul 03.00.
Di pondok juga ditanamkan jiwa sederhana. Makannya berjamaah di dapur umum dengan nasi dan lauk yang sama. Harus antri dan pada jam-jam yang sudah ditetapkan. Yang mengherankan, meski menunya sederhana, nggak ada yang kurang gizi. Bahkan perkembangan fisiknya pada kencang. Yang dulu waktu masuk pondok kecil kerempeng, baru setahun di pondok sudah jadi gemuk.
Soal kemandirian jangan ditanya lagi. Para santri itu terpisah dengan orang tuanya, jadi gak akan bisa merengek-rengek dilayani dan minta ini itu. Nyuci baju sendiri, merapikan lemari dan ranjang sendiri, harus berhemat agar tidak merepotkan orang tuanya. Kalian yang saat ini masih serumah dengan orang tua musti ingat, suatu saat akan berpisah juga. Baik karena bekerja di tempat lain atau berumah tangga. Kalau sudah terlatih dari awal kan tidak akan kaget lagi.
Tinggal di pondok artinya juga terbebas dari kerjaan rumah. Waktunya full 24 jam untuk belajar dan mengembangkan minat dan bakat. Asyik nggak? Gak usah bantuin usaha orang tua, gak usah bantuan jagain adik, gak usah bantuin ibu di dapur. Cukup kirim doa saja agar usaha orang tua lancar dan bisa membiayai kita selama di pondok.
Makanya banyak ketrampilan yang bisa dipelajari selama tinggal di pondok. Di Babussalam ada bela diri wushu, ada lagi kepanduan HW, terapi herbal, broadcasting, sinematografi, pecinta alam, English and Arabic Club dll. Babussalam bahkan merencanakan semua ekstra kurikuler tersebut bersertifikat. Jadi saat alumninya terjun di masyarakat, disamping melanjutkan kuliah, bisa mengembangkan keahliannya untuk mendapatkan penghasilan. Keren nggak?
Makanya tidak mengherankan di Babussalam santrinya pada pintar nge-band, disamping diajarkan nashid dan qiraah. Setiap malam Ahad diadakan acara muhadharah yang mana setiap kelas menampilkan perwakilannya untuk pidato, tilawah Al Quran, puisi, vocal grup, lawak, nasyid, band dll. Para santri itu habis-habisan mempersiapkan diri untuk tampil sebaik-baiknya karena akan ada penghargaan untuk penampilan terbaik.
Inilah sekilas tentang suasana keseharian di Babussalam. Tertarik atau tertarik sekali untuk menjadi santri Babussalam?