Matematika adalah pelajaran yang banyak ditakuti siswa. Saat pertama kali masuk kelas X dan memperkenalkan diri sebagai pengajar matematika, langsung ada seorang siswa yang berdiri dan berkata, “Saya tidak suka matematika, pak!”

 

Saya hanya menanggapi ujaran siswa tadi dengan senyuman.

 

Hari-hari pertama mengajar saya gunakan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam pelajaran matematika. Maklum, mereka berasal dari berbagai SMP. Bab awal yang harus saya sampaikan adalah bilangan berpangkat dan logaritma.

 

Ternyata kemampuan dasar siswa berbeda-beda. Ada yang sudah ‘khatam‘ bab bilangan berpangkat dan logaritma karena pernah mereka pelajari saat SMP. Namun ada juga yang sekedar perkalian bilangan dibawah 10 saja kesulitan.

 

Karena matematika adalah pelajaran dasar yang akan digunakan untuk pelajaran lainnya (fisika, kimia, akuntansi, menghitung zakat dan pembagian waris, dll.) maka saya berusaha meningkatkan kemampuan matematika setiap siswa. Saya pun memikirkan metoda yang mudah dan tepat. Alhamdulillah di Babussalam ada laboratorium komputer (labkom) yang bisa digunakan untuk maksud tersebut.

 

Ternyata keberadaan labkom dan jaringan internet sangat membantu dalam pengajaran matematika. Alokasi jam pelajaran matematika di kelas X biasanya 4-5 jam per pekan, terbagi dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama digunakan untuk menerangkan, lebih bagus menggunakan proyektor. Saat guru menerangkan, siswa harus memperhatikan papan tulis atau layar proyektor dan tidak boleh sambil menulis.

 

Siswa mendengarkan dan setelah itu diberi kesempatan mencatat. Terangkan sampai semua faham. Jika ada yang belum faham, suruhlah siswa tersebut maju kedepan belajar mengerjakan soal sambil diterangkan. Mudah difahami jika dalam sekali pertemuan ini saja seluruh siswa sudah mengerti dengan pokok bahasan. Hanya saja siswa belum berlatih dengan banyak soal.

 

Matematika itu sesungguhnya pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Saat belajar logaritma, misalkan siswa diajarkan:

alog b = c.

Artinya: ac = b

 

Dari pembahasan itu, jika diketahui a dan b maka dapat dicari c. Jika diketahui a dan c dapat dicari b, dst. Bukankah ini sangat mengasyikkan?

 

Selanjutnya pada pertemuan kedua siswa dibawa ke labkom untuk mengerjakan soal. Guru menyiapkan soal, bisa 5-10 soal sesuai dengan ketersediaan waktu. Siswa mengerjakan soal dengan memanfaatkan bantuan mbah Google. Dengan cara ini bisa dipastikan siswa sudah cukup dalam mempelajari satu pokok bahasan.

 

Tinggallah diadakan ulangan untuk menguji kemampuan siswa yang sesungguhnya. Sekiranya masih ada waktu siswa boleh menggunakan labkom untuk belajar mandiri. Siswa mencari sendiri contoh-contoh soal dan pembahasan dari internet. Ada kebebasan siswa dalam memilih soal karena tingkat kebutuhan mereka juga berbeda.

 

Inilah pengalaman saya mengajarkan matematika dengan menggunakan fasilitas laboratorium komputer (labkom). Sebuah pokok bahasan atau bab selesai dibahas dalam 2-3 kali pertemuan, alias 1-2 pekan. Jika dalam 1 semester harus menyelesaikan 6 bab maka hanya diperlukan waktu 2-3 bulan untuk mentuntaskan.

 

Waktu yang tersisa digunakan untuk pendalaman pembahasan atau pengayaan materi. Guru dapat mengajarkan materi lain diluar silabus semester tersebut. Insya Allah siswa bukan saja faham matematika, boleh jadi bahkan menjadi ‘gila’ matematika. Mudah-mudahan mas menteri dikbud setuju dengan metoda pengajaran saya ini.

 

 

Enter your text here…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here