Pondok Pesantren (Ponpes) Al Quran Babussalam adanya di Ciburial Dago Atas Bandung pada ketinggian 1.100 meter. Pengasuh Ponpes adalah KH. Drs. Muchtar Adam.
Ponpes Babussalam didirikan oleh KH. Drs. Muchtar Adam pada 12 Rabiul Awwal 1401 H, bertepatan dengan 8 Januari 1981 M. Jauh sebelum itu, sejak tahun 1963 beliau sudah menjadi seorang da’i di kota Bandung, yaitu di sekitar tempat tinggalnya di kampung Cisitu. Tahun 1970 area dakwahnya merambah kawasan Bandung utara, desa Ciburial.
Pak Muchtar, begitu masyarakat menyebut beliau saat itu, bersama KH. EZ. Muttaqin (Ketua MUI Jawa Barat, Rektor Unisba) bertekad mempertahankan ‘bukit Uhud’ Ciburial. Ya… Ciburial itu layaknya bukit Uhud dalam sejarah Rasulullah Saw. Bukankah, siapa yang menguasai bukit Uhud akan dapat memenangkan peperangan? Sebaliknya, jika bukit Uhud diuasai musuh maka kalahlah ummat Islam.
Dalam perencanaan pak Muchtar akan mendirikan pesantren, sedangkan KH. EZ. Muttaqin mendirikan Unisba Kampus Ciburial. Rupanya Allah berkehendak lain, KH. EZ. Muttaqin meninggal dunia tahun 1981 dalam sebuah kecelakaan mobil. Sedangkan rektor yang menggantikannya tidak melanjutkan pengembangan kampus Ciburial. Jadilah pak Muchtar kehilangan kawan seiring dalam berdakwah di Ciburial.
Mulai dengan Membikin Batako Sendiri
Setelah berdakwah sekian tahun di Ciburial akhirnya masyarakat tergerak untuk memberikan wakaf tanah seluas 500 meter persegi kepada pak Muchtar untuk mendirikan Babussalam pada tahun 1981. Bukan perkara mudah untuk memulai membangun pesantren mengingat ketiadaan biaya dan kondisi ekonomi keluarga beliau pun belum menggembirakan. Dengan tekad kuat beliau memboyong keluarga, istri tercinta Hj. Siti Sukaesih (almarhum) beserta 7 anak-anak yang masih kecil dari kampung Cisitu ke Ciburial.
Masyarakat juga tidak berhenti hanya pada mewakafkan tanah. Mereka secara bergiliran bekerja bakti mendirikan bangunan pesantren, bahkan dimulai dari membuat batako sendiri. Luar biasa, karena ketiadaan uang untuk membeli batako secara utuh. Beruntung saat itu ada donatur yang meminjamkan alat pembuat batako.
Pendidikan Formal di Babussalam
Pendirian lembaga pendidikan formal di Babussalam dimulai dari Madrasah Tsanawiyah (MTs, setingkat SMP) pada tahun 1983 untuk kelanjutan lulusan SD yang sudah ada. Jangan heran, keberadaan MTs ini otomatis mengurangi tingkat pernikahan dini karena lulusan SD yang tidak melanjutkan sekolah sangat mungkin segera dinikahkan oleh orang tuanya.
Selanjutnya pada tahun 1986 didirikan Sekolah Dasar (SD). Dengan memiliki SD sendiri niscaya penanaman nilai-nilai keislaman dapat dilakukan lebih dini, misalkan kewajiban mengenakan jilbab bagi santri putri dan mengenakan celana panjang bagi santri putra. Pada tahun 1989 barulah didirikan Madrasah Aliyah (MA, setingkat SMA) untuk menampung lulusan MTs.
Pada tahun 1998 didirikan Taman Kanak-Kanak (TK) dengan tujuan awal meringankan guru SD. Bayangkan guru SD yang menghadapi murid-murid yang polos karena sama sekali belum pernah mengenyam lembaga pendidikan. Anak-anak itu sering menangis, bahkan pipis di kelas. Dengan adanya TK ini maka guru-guru SD menjadi sangat terbantu.
Pada tahun 1999 terjadi perubahan status lembaga pendidikan di Babussalam, dari dibawah naungan Departemen Agama menjadi Departemen Pendidikan Nasional. MTs berubah menjadi SMP dan MA menjadi SMA.
Kegiatan Rutin Santri
Saat ini ada 400 anak-anak warga masyarakat yang bersekolah, disebut santri PP (pulang pergi) di Babussalam setiap hari pukul 07.00-15.00 WIB. Sore dan malam harinya mereka mengaji di masjid kampung masing-masing yang juga dibina oleh Korps Muballigh Islam Babussalam (KMIB). Babussalam belum bisa mewajibkan mereka tinggal di asrama karena tenaganya dibutuhkan oleh orang tuanya untuk mengasuh adik-adiknya, memasak dan juga mengurus ternak. Hampir semua masyarakat memiliki ternak, balong (kolam ikan) dan kebun, disamping berdagang ke pasar saat panen.
Terdapat 100 orang santri yang tinggal di asrama, datang dari berbagai kota di Jawa Barat (50%) dan kota-kota lain di seluruh penjuru Nusantara. Santri-santri ini tentu memiliki kedalaman ilmu yang lebih dibanding santri PP (pulang pergi) karena mereka mendapatkan pelajaran saat bakda subuh, bakda maghrib (tadarrus Al Quran), dan bakda isya’ (Bahasa Arab/Inggris). Setiap sore diadakan juga kegiatan ekstrakurikuler sehingga praktis selama 24 jam santri mendapat tambahan ilmu dan ketrampilan.
Kurikulum yang diterapkan di Babussalam adalah 100% kurikulum Dikbud, ditambah kurikulum kepesantrenan. Bagi santri PP, dengan bersekolah dari pukul 07.00-15.00 WIB sebenarnya mereka sudah mendapatkan pelajaran melebihi sekolah pada umumnya. Di sekolah umum jam belajar hanya sampai pukul 13.00. Kelebihan jam tersebut diisi dengan pelajaran agama dan Al Quran.
Kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di Babussalam diantaranya nasyid, angklung, drumband, qiroah, melukis, kaligrafi, futsal, renang, wushu, silat, outbond, kepanduan Hizbul Wathan, muballigh hijrah, thibbun nabawi (pengobatan Islam), Arabic Club, English Club, pidato, jurnalistik, broadcasting, sinematografi, desain grafis, kewirausahaan, home industry, digital marketing dll.
Alumni Babussalam berkesempatan memasuki jenjang perguruan tinggi, seperti: perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS), umum dan keagamaan, di dalam dan luar negeri. Sudah ada alumni yang melanjutkan ke Madinah, Mesir, Yordania, India dan Sudan. Babussalam juga memberikan bea siswa bagi santri-santri yang berprestasi tinggi, bahkan hingga S2 dan S3.
Pengajaran Al Quran
Babussalam menyandang nama Pondok Pesantren Al Quran dengan maksud mengajarkan segala permasalahan pada sumber pokoknya, yaitu Al Quran. Tidak berhenti pada kitab fiqh saja, atau hadits saja, yang mana banyak menimbulkan perbedaan. Misalkan saat mengajarkan wudlu, diambillah sumber utamanya, yaitu QS. Al Maidah (5): 6,
Babussalam menerapkan pengajaran Al Quran dengan metoda 7T, yaitu: tahsin (bacaan), tarjim (terjemah), tahthit (tulisan), tafsir, tahfidh (hafalan), tathbiq (pengamalan), dan tabligh (mendakwahkan). Ketujuh aspek tersebut sesungguhnya saling berkaitan dan saling mendukung sehingga tidak menyulitkan santri untuk mempelajarinya. Misalnya, dengan adanya ketrampilan menuliskan ayat maka santri akan mudah juga menghafalnya. Pengajaran Al Quran juga tidak berhenti pada aspek keilmuan, namun sampai pada pengamalan (aplikasi).
Babussalam juga mengadakan santunan dhuafa, jompo, pengobatan gratis, pembagian daging qurban, zakat fitrah/mal, pendirian rumah untuk dhuafa. Babussalam membantu pembangunan masjid di setiap kampung, mengirimkan muballigh, pembangunan MCK, pembagian mukena dan kain sarung, dan pengurusan jenazah.
Dalam bidang ekonomi Babussalam ikut menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Babussalam memasarkan produk-produk pertanian/peternakan, home industry, budidaya lebah madu, kepada jamaah yang ada di kota Bandung dan kota-kota lainnya. Dengan maraknya perdagangan online, produk-produk masyarakat mudah dikenal dan dipasarkan. Ciburial juga masuk dalam “10 Desa Wisata Kabupaten Bandung” sehingga banyak menerima kunjungan tamu untuk studi banding dan mengenal potensi desa.
Dengan memasukkan anaknya bersekolah di Babussalam, masyarakat dapat menghemat uang transport dan jajan anaknya. Jika setiap orang tua harus memberi bekal anaknya Rp. 25.000,- untuk sekolah di kota, berarti dengan 400 anak yang bersekolah di Babussalam, didapat penghematan sebesar Rp. 10 juta setiap harinya. Uang sebesar itu bisa diarahkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang lain.
Menghadapi Era Digital
Hadirnya era digital disambut Babussalam dengan slogan “Babussalam Keren”. Ketua Yayasan Ir. H. Endang Admadirja, M.Sc. menegaskan bahwa, “Kita tidak bisa lagi menghindar dari perubahan zaman yang amat cepat ini”. Struktur organisasi disusun dengan cermat agar semua bidang dapat bergerak dengan lincah dan efisien. Babussalam tidak hanya menangani masalah pendidikan, sehingga memiliki berbagai kultur, ada bidang yang menghasilkan uang, ada juga bidang yang bertugas ‘menghabiskan’ uang.
Santri-santri diberi bekal ilmu dan ketrampilan yang kelak dapat diterapkan di lingkungannya, tidak ketinggalan informasi dan gagap teknologi. Perlu banyak ketrampilan (multi skill) yang harus dikuasai karena boleh jadi satu ketrampilan akan usang dan tidak diperlukan lagi. Misal, ketrampilan menjahit sudah tidak bisa dijadikan mata pencaharian dengan adanya industri garmen.
Pengasuh Ponpes Babussalam KH. Drs. Muchtar Adam menyerukan agar para orang tua menitipkan anak untuk ‘mondok’ di Babussalam. Kehidupan pondok mengajarkan anak pada nilai-nilai kedisiplinan, kesederhanaan dan kepemimpinan. Santri-santri datang dari berbagai pelosok Nusantara: Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Ada kebanggaan karena mereka akan pulang dengan keluasan wawasan dan ketrampilan menjadi penggerak masyarakat. Babussalam memberikan kepada santri: intelektual, spiritual, dan akhlaqul karimah.
Insya Allah Babussalam akan tetap ada dan berkembang dengan pesat karena merupakan benteng ummat Islam di Bandung utara. Babussalam maju bersama dan didukung masyarakat Ciburial dan Mekarsaluyu. Babussalam juga menjadi kebanggaan seluruh ummat Islam. Informasi lebih lengkap dapat pembaca dapatkan pada website ponpesbabussalam.com.
Penulis : Muhammad Haitami (Sekretaris Yayasan). Ditulis untuk Majalah Pinisi.